Rahim Pengganti

Bab 35 "Panti Asuhan"



Bab 35 "Panti Asuhan"

0Bab 35     

Panti asuhan     

Pagi ini, entah kenapa Carissa ingin sekali pergi menemui Bunda Iren, mungkin hormon ibu hamil membuat dirinya seperti itu. Dua hari yang lalu, Carissa sudah kembali ke rumahnya seorang diri. Jangan di tanya kemana Bian, saat ini pria itu sedang menghabiskan waktunya bersama Della.     

Carissa cemburu, jelas ada nya. Tidak ada wanita yang tidak marah jika melihat suaminya lebih memilih bersam wanita lain, sedangkan dirinya juga memerlukan banyak perhatian. Namun, Carissa juga tidak bisa egois, dirinya hanya istri kedua.     

Di mana mana, istri kedua akan selalu menjadi nomor dua. Karena istri pertama adalah pemilik tahta yang sebenarnya. Ingin egois pun, Carissa tetap tidak bisa, karena tahu akan poisisinya di mana.     

Posisi yang hingga saat ini Caca, tidak tahu ada di hati sang suami atau tidak. Yang Carissa tahu adalah dirinya ada diantara bayang bayang Bian dan Della.     

"Selamat pagi Bu," tegur bi Susi.     

Carissa menoleh ke belakang, senyum cerah tercetak jelas di bibirnya.     

"Pagi bi."     

"Mau sarapan apa Bu? Tadi Sumi udah bikin nasi kuning. Siapa tahu, si adek pengen makan yang lain," ujar Bi Susi. Carissa tersenyum, asisten rumah tangga nya ini terlalu peka untuk mengetahui semuanya. Saat Carissa sampai di rumahnya, Susi dan Sumi langsung bertanya.     

Menurut mereka ada sedikit perubahan di badan Carissa. Itulah yang menyebabkan mereka menjadi curiga, sebenarnya sudah sejak lama Bi Susi dan Bi Sumi curiga tapi mereka berdua takut untuk mengatakan hal tersebut, sehingga belum menanyankan mengenai hal itu.     

"Bibi buat sambal goreng hati gak?" tanya Carissa.     

"Aduh! Gak Bu. Ibu mau dibuatkan?" tanya Susi.     

Carissa menganggukkan kepalanya, segera asisten rumah tangganya itu pamit pergi ke dapur yang membuatkan apa yang diinginkan oleh, ibu hamil tersebut untunglah bahan bahan masih tersedia di sana.     

Carissa kembali menatap ke arah, kolom Ikan yang baru dibangun beberapa Minggu sebelum Bian kecelakaan. Pemandangan yang membuat, Carissa bisa sedikit tenang.     

***     

Tiga puluh menit kemudian, makanan yang diinginkan oleh Carissa sudah siap nasi kuning dengan sambal goreng hati. Makanan yang selalu disajikan, oleh Bunda Iren ketika ada hal baik terjadi. Mengingat sang Bunda membuat Carissa ingin makan makanan tersebut.     

"Silakan Bu. Kalau ibu pengen hal lain, bilang aja ya. Biar bibi yang buatkan," ucap Bi Sumi.     

Kedua asisten rumah tangganya itu seolah tahu, bagaimana posisi Carissa di dalam rumah ini.     

"Siap Bi. Ayo bi Susi dan bi Sumi, kita makan bareng. Jangan menolak ya bi, aku gak mau makan sendirian," ucap Carissa.     

"Ta-tapi Bu ...,"     

"Gak ada tapi tapian bi. Ayo duduk di sini," potong Carissa.     

Keduanya saling menatap satu dengan lainnya, setelah itu mereka pun langsung duduk di depan Carissa. Melihat hal itu membuat Carissa tersenyum bahagia.     

Mereka bertiga, pun makan dengan begitu lahap. Nasi kuning yang dibuatkan oleh Carissa bisa diterima dengan baik, bahkan tidak ada rasa mual seperti sebelumnya.     

"Gimana Bu rasanya?" tanya bi Sumi.     

"Enak banget loh bi. Rasanya sama kayak yang sering Bunda Iren bikin," jawab Carissa.     

"Alhamdulillah kalau ibu suka. Semoga adek juga senang makan, masakan bibi," ucap Bi Sumi.     

Setelah selesai makan sarapan pagi bersama, Carissa segera masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu ingin bersiap pergi ke panti asuhan, sebelum pergi Caca ingin berbelanja dulu untuk keperluan panti.     

Drt drt drt     

Dering ponsel Caca bergetar, Carissa yang baru keluar dari dalam kamar mandi segera berjalan ke arah meja di samping tempat tidur, dilihatnya siapa yang menelpon. Mata Caca melotot tajam ketika melihat ada lima belas panggilan tak terjawab dari sang suami.     

Segera wanita itu mengangkat telpon tersebut. Bisa di bayangkan bahwa suaminya itu akan marah ketika tidak diangkat telpon darinya.     

"Hallo Mas," ucap Caca.     

"Ya ampun, Yang. Kamu kemana aja, aku nelpon kamu dari tadi loh," ucap Bian dengan nada khawatir. Carissa tersenyum ketika mendengar kekhawatiran yang dilakukan oleh suaminya tersebut.     

"Maaf Mas. Tadi di kamar mandi, jadi gak angkat telponnya."     

"Kamu jangan bikin Mas. Khawatir Sayang, jangan bikin Mas pergi ke sana lagi seperti sebelumnya," ujar Bian.     

"Sayang," panggil seseorang.     

Mendengar panggilan tersebut, membuat Caca terdiam. Dirinya seolah baru diangkat lalu dihempaskan kembali ke dasar secara tidak langsung, terdengar jelas pembicaraan mereka semakin membuat Carissa tidak nyaman. Buru buru wanita itu, mematikan telponnya malas mendengarkan suara mesra kedua orang tersebut.     

***     

Carissa sudah siap dengan stelan santainya, dress cantik berwarna navy menghiasi dirinya. Segera Carissa masuk ke dalam mobil. Untuk segera pergi ke mall yang tidak jauh dari rumah mereka, sebelum akhirnya pergi menuju Panti Asuhan.     

"Kita ke mall dulu ya Pak. Nanti bapak tolong antar, kan saya ke panti," ucap Caca.     

"Siap Bu."     

Supir yang ditugaskan oleh Bian untuk mengantar kemana pun, istrinya itu segera menjalankan mobilnya dengan sangat pelan. Pria tua itu, sudah diingatkan terus oleh Bian untuk selalu membawa istrinya dengan baik dan benar.     

***     

Carissa sudah berada di Mall. Wanita itu langsung menuju super market untuk membeli beberapa keperluan yang akan dirinya bawa ke panti asuhan.     

Meskipun, biaya panti sudah di tanggung oleh Bian. Tapi Carissa tetap melakukan apa yang selalu dirinya lakukan kepada orang orang panti sebelumnya.     

Saat Caca sedang memilih beberapa cemilan, tanpa sengaja dirinya melihat Della bersama dengan Aiden sedang bermesraan. Carissa terdiam, bukannya suaminya dan Della sedang liburan bersama sesuai dengan keinginan mereka.     

Hingga suara, telpon milik Caca berbunyi. Di sana tertera nama sang suami. Segera Carissa menjawab panggilan tersebut.     

"Hallo Mas."     

"Kamu di mana Sayang?" tanya Bian.     

"Aku di super market Mas. Beli beberapa barang yang mau aku, bawah ke Panti," jawabnya.     

"Ya sudah nanti aku jemput ya," ucap Bian.     

"Loh bukannya Mas, lagi pergi sama Della. Gak usah mas, aku bisa sendiri," ujar Carissa.     

"Della udah pergi, ada urusan kerjaan jadi dari pada aku sendirian mending sama kamu," jawab Bian.     

Carissa terdiam, posisinya selalu menjadi pengganti untuk suaminya. Sudut hati, Carissa sedih mendengar hal itu, namun mau seperti apa lagi posisi dirinya memang berada di sana.     

"Hallo Sayang, kamu masih di sana kan?" tanya Bian.     

"Iya Mas. Masih, terserah Mas Bian aja. Kalau emang bisa jemput silakan, kalau ganggu waktu Mas gak usah. Aku sama pak Budi kok ke sana," jawab Caca dengan lembut, wanita itu tidak mau berharap yang berlebihan karena dirinya tahu seperti apa posisi mereka.     

"Gak sayang. Pokoknya nanti Mas jemput ya, kamu tunggu aja di sana. Mas juga pengen ketemu sama Bunda kok. Ya udah Mas tutup dulu ya."     

"Iya Mas."     

Panggilan telpon tersebut, terputus Carissa kembali memilih apa lagi yang akan dirinya bawa. Wanita itu tidak mau memikirkan Della dan Aiden, yang harus dia pikirkan saat ini adalah pergi ke panti memberikan kabar bahagia ini kepada sang Bunda.     

Bagi Carissa Bunda Iren adalah segalanya, sama seperti Mama Ratih. Dari kedua wanita itu Carissa bisa mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu. Yang sudah sangat tidak bisa Carissa rasakan sejak lama.     

###     

Hulla. Bab nya meluncur dan mendarat dengan indah. Semoga kalian tetap suka dengan kisah mereka. Love you guys, sehat selalu ya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.